Profil Elena Rybakina, Sang Juara Wimbledon yang Lahir di Rusia

- 10 Juli 2022, 22:00 WIB
Profil Elena Rybakina, Petenis Asal Kazakhstan Pertama yang Juarai Wimbledon 2022, Cek Faktanya
Profil Elena Rybakina, Petenis Asal Kazakhstan Pertama yang Juarai Wimbledon 2022, Cek Faktanya /

CHANELSULSEL.COM - Elena Rybakina keluar sebagai juara Wimbledon pada 2022 ini.

Elena Rybakina mengguncang dunia setelah melakukan pembalikan luar biasa untuk menang.

Ia menang dengan skor 3-6, 6-2, 6-2 atas petenis Tunisia yang difavoritkan juara, Ons Jabeur, di lapangan utama Wimbledon di Centre Court pada Sabtu, 9 Juli 2022.

Baca Juga: Setelah Dua Tahun Ditiadakan karena Corona, Rutan Makassar Segera Buka Layanan Kunjungan Tatap Muka

Seperti dilansir dari Antara.com pada Minggu, 10 Juli 2022, petenis berusia 23 tahun itu mesti berjuang melawan cedera sampai-sampai tak memiliki gambaran apa-apa mengenai langkahnya selama Wimbledon 2022.

Namun dari laga ke laga, termasuk saat menumbangkan dua mantan juara Grand Slam, Simona Halep dan Bianca Andreescu, petenis Kazakhstan asal Rusia itu membuktikan dirinya mampu.

Dia pun untuk pertama kalinya menjuarai turnamen Grand Slam yang juga yang pertama untuk Kazakshtan.

Baca Juga: Cocok Dibikin Saat Idul Adha, Ini Resep Daging Sapi Goreng Saus Tiram yang Enak

Setelah poin terakhir dia menangkan ketika backhand Jabeur melayang di luar garis, Rybakina yang pendiam itu seperti tak mempercayai yang telah menimpa dirinya. Dia baru tersenyum setelah berjabat tangan dengan Jabeur.

"Saya sama sekali tak bisa berkata apa-apa," kata Rybakina di lapangan pertandingan. "Menjadi juara itu luar biasa hebat, saya tak punya kata-kata untuk mengungkapkan betapa bahagianya saya."

Begini profil singkat Elena Rybakina:

Baca Juga: Menghilangkan Kefakiran dan Dosa, Berikut Keutamaan Berhaji

Lahir di Moskow, Rusia tetapi empat tahun terakhir membela Kazakhstan, Rybakina dinobatkan sebagai juara Wimbledon ketika semua petenis Rusia dilarang tampil dalam turnamen ini.

Panitia melarang petenis Rusia dan Belarus akibat invasi Rusia ke Ukraina, dan itu termasuk para bintang seperti petenis nomor satu dunia Daniil Medvedev dan juara Grand Slam dua kali Victoria Azarenka.

Namun, masih ada pemain Rusia yang bermain di lapangan rumput yang terkenal itu setelah Rybakina memilih bermain di bawah bendera Kazakhstan sejak 2018 ketika dia terlunta-lunta pada peringkat 175 dunia.

Baca Juga: Sahabat Beberkan Kondisi Terkini Arya Saloka, Kembali ke Ikatan Cinta?

Empat tahun kemudian, Rybakina mempersembahkan gelar juara Grand Slam pertama untuk Kazakhstan dan sekaligus mengeduk hadiah senilai 2,4 juta dolar AS (Rp35,59 miliar).

Sepanjang turnamen dia senantiasa dilabeli kata "petenis kelahiran Rusia" yang sepertinya untuk menegaskan ironi larangan kepada petenis Rusia.

Tetapi petenis putri bertinggi 1,84 meter itu menegaskan bahwa dia sepenuhnya untuk Kazakhstan.

Baca Juga: Dendam karena Ibunya Alami Kerugian, Alasan Yamagami Berani Bunuh Mantan PM Jepang Shinzo Abe

"Saya bermain untuk Kazakhstan sejak lama. Saya senang sekali bisa mewakili Kazakhstan," kata petenis berperingkat 23 dunia itu setelah mengalahkan Simona Halep dalam semifinal.

"Mereka (Kazakshtan) mempercayai saya," sambung dia seperti dikutip ESPN, seolah membuat ironi lain untuk nasib hidupnya yang pernah ditolak federasi tenis Rusia sehingga terdorong pindah kewarganegaraan ke Kazakhstan yang 19 persen berpenduduk beretnis Rusia dan berbatasan dengan Rusia di utara.

Rybakina enggan terus-terusan ditanya berapa lama menghabiskan waktu di Moskow yang sampai kini menjadi tempat tinggal utamanya. Rybakina berkilah bahwa dia lebih sering berlatih di Slovakia dan Dubai.

Baca Juga: Viral dan Trending di Youtube, Berikut Lirik Lagu Illusion dari aespa

Bukan hanya Rybakina petenis asal Rusia yang membela Kazakhstan. Masih ada pemain-pemain seperti Alexander Bublik, Dmitry Popko dan Mikhail Kukushkin yang adalah tiga teratas sektor putra di Kazakhtan. Kukushkin yang kini berusia 34 tahun bahkan sudah memegang paspor Kazakhstan sejak 2008.

Dalam kompetisi beregu, petenis putri Kazakhstan yang paling sukses sebelumnya adalah Galina Voskoboeva, juga kelahiran Moskow.

Rybakina adalah salah satu dari segelintir petenis yang menjuarai Grand Slam dalam final pertamanya dalam turnamen utama tenis ini.

Baca Juga: Catat, Berikut 7 Minuman Turunkan Kolesterol Usai Konsumsi Daging Kurban

Perjalanan Rybakina sampai final Wimbledon pun melelahkan karena hampir dilalui dengan pertarungan-pertarungan sengit, kecuali saat menundukkan Simona Halep dalam semifinal.

Dia mengalahkan Coco Vandeweghe pada babak pertama lewat tiebreak, demikian pula Bianca Andreescu pada babak kedua dan Zheng Qinwen pada babak ketiga.

Setelah mengalahkan Petra Martic pada babak keempat, dia maju ke perempat final untuk menghadapi Ajla Tomljanovic yang dia kalahkan dalam tiga set. Usai menundukkan Simona Halep 6-3, 6-3 dalam semifinal, dia mengalahkan Ons Jabeur dalam final.

Baca Juga: Resep Es Pisang Ijo Plus Bubur Sumsum, Cocok Sebagai Santapan di Musim Panas

Senjata andalannya adalah servis kencang yang membuat dia bisa menyusul ketertinggalan satu set dari Jabeur, sebelum merampas dua set berikutnya dengan menghujani petenis Tunisia itu dengan rangkaian servis geledek.

Dia juga memiliki rahasia lain berupa semangat berjuang yang tinggi yang membuatnya terlihat tenang kala ditekan lawan sekalipun gugup saat set pertama melawan Jabeur.

Kini berperingkat 23, Rybakina menjadi petenis putri pertama non 20 besar WTA yang menjuarai Wimbledon sejak Venus Williams pada 2007.

Baca Juga: Resep Es Pisang Ijo Plus Bubur Sumsum, Cocok Sebagai Santapan di Musim Panas

Dia juga petenis putri pertama yang menang di All England Club setelah tertinggal dalam set pertama sejak Amelie Mauresmo pada 2006, dan wanita termuda yang menjuarai Wimbledon sejak Petra Kvitova pada 2011.

Dia berterima kasih kepada Kazakhstan yang telah menampungnya ketika di negeri asalnya di Rusia dianggap sebelah mata.

"Kazakhstan mendatangi saya dan mereka memberikan segalanya kepada saya," kata Rybakina seperti dikutip AFP.

Baca Juga: AHY Salat Idul Adha di Pacitan Jawa Timur: Warga Pacitan Luar Biasa

Perjalanannya dari Rusia ke Kazakhstan difasilitasi oleh ketua federasi tenis Kazakhstan yang juga pengusaha kaya raya, Bulat Utemuratov, yang menurut majalah Forbes memiliki kekayaan 2,5 miliar dolar AS (Rp37,4 triliun).

Utemuratov hadir di lapangan ketika Rybakina dianugerahi trofi juara tunggal putri Wimbledon oleh Kate Middleton yang bergelar Duchess of Cambridge dan bernama resmi Putri Chaterine, sang istri Pangeran William.

Kemenangan Rybakina juga mengartikan berakhirnya dongeng perjalanan Ons Jabeur.

Sebelum dikalahkan Rybakina, petenis Tunisia ini sudah membayangkan dirinya berbicara di depan audiens Centre Court sambil memegang trofi juara.

Baca Juga: Himbauan Kasat Lantas Polrestabes Makassar Tentang Sepeda Listrik, Ini Ancaman Pidananya

Sesungguhnya dia dan Rybakina berusaha menjadi orang pertama di negaranya masing-masing yang menjuarai Wimbledon dan sekaligus Grand Slam.

Bahkan Jabeur bisa menjadi petenis Arab dan Afrika pertama yang menjuarai turnamen utama tenis tersebut.

Elena mencuri gelar saya," kata Jabeur berseloroh, saat penyerahan trofi setelah dikalahkan petenis yang lebih muda empat tahun dibandingkan dirinya itu.

Petenis berusia 27 tahun tersebut juga tak berhasil membuat rakyat Tunisia dan Arab menikmati sukses juara Grand Slam sambil merayakan Idul Adha.

"Saya sangat menginginkan gelar itu. Mungkin karena terlalu menginginkannya, saya gagal mendapatkannya," kata Jabeur.***

Editor: M Asrul

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x