Awal Puasa 1 Ramadan 1445 H 2024 M Berpotensi Berbeda, Ketum MUI Sulsel : Tidak Ada Masalah Semua Punya Dasar

5 Maret 2024, 08:39 WIB
Ilustrasi Ramadan- Awal Puasa 1 Ramadan 1445 H 2024 M Berpotensi Berbeda, Ketum MUI Sulsel : Tidak Ada Masalah Semua Punya Dasar /Pixabay

CHANELSULSEL.COM - Bulan suci ramadan 1445 Hijriyah 2024 Masehi tinggal menghitung hari, namun awal puasa 1 Ramadan berpotensi berbeda

Hal ini terjadi setelah terbit ketetapan Muhammadiyah yang berdasarkan hisab memutuskan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024.

Sementara berdasarkan sistem rukaytul hilal, posisi hilal, baik dari sisi tinggi maupun elongasinya tak mungkin dapat di-rukyat pada 29 Sya’ban 1445 H atau 10 Maret 2024 sehingga diprediksi 1 Ramadhan 1445 H istikmal bertepatan dengan 12 Maret 2024.

Baca Juga: Bulan Ramadan, MUI Sulsel Bakal Gelar Pasar Halal dan Murah di Makassar

Terkait dengan hal ini pemerintah mengimbau umat Islam untuk tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi.

Ketua Umum Majelis Ulama Sulawesi Selatan (MUI) Sulsel AG Prof Dr Nadjamuddin AS mengungkapkan bahwa perbedaan ini bukan masalah kerena memang memiliki dasar dan pedoman masing-masing.

“Untuk menentukan awal dan akhir puasa ada dua cara, Rukyah dan Hisab. Dua metode inilah yang digunakan sehingga berbeda,” ungkap Ketum MUI Sulsel

Hal ini disampaikan saat memimpin pengajian di Masjid Raya Makassar. Dikutip dari MUI Sulsel.or.id

Baca Juga: Kemenag: Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1445 H Digelar 10 Maret 2024

Lebih lanjut diungkapkan bahwa perbedaan utama adalah penentu akhir yang menjadi keputusan. 

Penganut metode Hisab  menjadikan hisab adalah penentu akhir keputusan awal dan akhir. Adapun Penganut Rukyat menjadikan hisab adalah awal penentuan tetapi dikuatkan dengan metode Rukyat,” lugasnya

Ketua MUI Sulsel menceritakan juga bahwa beberapa tahun lalu ada beberapa peneliti di Mesir juga mengungkapkan bahwa tidak perlu lagi menggunakan Rukyah apalagi masa modern ini teknologi sudah canggih, perhitungan awal bulan sudah dapat ditentukan jauh hari sebelumnya dengan perhitungan tersebut.

Lanjutnya, ia mengungkapkan bahwa tidak boleh menjadikan patokan ahli hisab. “Imam Syafie dan mazhad Syafie mengungkapkan bahwa Ahli Hisab itu menganggap wajib baginya dan bagi orang yang membenarkan pendapatnya tersebut” tambahnya.

Adapun bagi orang tidak boleh mengikuti patokan tersebut karena seluruh ulama empat mazhab  mengungkapkan bahwa awal dan akhir puasa harus berdasarkan rukyah atau menyempurnakan puasa sampai 30 hari.***

Editor: Imran Said

Sumber: muisulsel.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler