CHANELSULSEL.COM - Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Dikenal lewat berbagai puisi-puisinya. Identik dengan kata-kata sederhana dan ringkas.
Namun, penuh makna. Banyak diantara puisinya yang masih populer hingga saat ini. Salah satunya adalah puisi yang berjudul hujan Bulan Juni berikut ini
Baca Juga: Contoh Puisi Perpisahan Sekolah yang Mengharukan dan Berkesan
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Baca Juga: Rekomendasi Warung Kepiting Hambur Paling Enak Se Makassar, Ada Barakka, Lengkap Ulasan Pelanggan
Makna Tiap Larik Dalam Puisi
# Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Hujan Bulan Juni, merupakan nama. Tiga kata tersebut adalah nama tokoh utama yang akan diceritakan oleh Sapardi.
Hujan Bulan Juni dikisahkan memiliki ketabahan yang luar biasa. Sehingga, tidak ada yang mampu menandingi ketabahannya. Alasan dibalik itu tersimpan pada larik berikutnya.
Baca Juga: K13 Menjadi Kurikulum Merdeka Banyak Berganti, PTS Menjadi SAS, Berikut Istilah istilah Baru
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tokoh Hujan Bulan Juni memiliki perasaan rindu kepada seseorang. Seseorang itu diibaratkan seperti pohon dengan bunganya yang indah. Seperti gemuruh air hujan, begitulah derasnya rindu Hujan Bulan Juni kepada sosok itu.
Namun, Hujan Bulan Juni memilih untuk merahasiakan perasaannya. Mengapa dirahasiakan? Jawabannya dijelaskan di bagian akhir bait.
Baca Juga: Bincang Entrepreneurship UNM, JK Sebut Pentingnya Pola Pikir Kreatif
# Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Sapardi menegaskan bahwa tokoh Hujan Bulan Juni adalah seseorang yang tabah. Menyembunyikan perasaan kuat (diibaratkan sederas hujan), tentu sangatlah butuh ketabahan, pengendalian perasaan dan emosi.
# Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
Dalam larik ini, diceritakan bahwa sosok itu pernah mencoba untuk melangkah mendekati pujaan hatinya, yang indah seperti bunga.
Baca Juga: Sinematografer Berbakat, Jessie Maple Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun
Namun, dirinya ragu tak terbalas. Maka, sebelum bertemu dengannya, Hujan Bulan Juni memilih putar balik. Serta menghilangkan niatnya tersebut dari ingatan.
# Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
Sapardi juga menggambarkan tokoh Hujan Bulan Juni sebagai sosok yang arif. Makna arif adalah paham dan mengerti situasi. Dalam puisi ini, sosok Hujan Bulan Juni memilih sifat arif yang luar biasa.
Baca Juga: Lirik lagu Bugis Balo Lipa, Serta Arti Bahasa Indonesia Teganya Dirimu Kau Sakiti Aku
# Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Perasaan Hujan Bulan Juni tak tersampaikan kepada pohon yang indah itu. Ia memilih untuk merelakannya.
Membiarkan perasaannya hanyut bersama rintik-rintik airnya. Dengan harapan, rintik air yang diserap sang pohon berbunga, dapat menjadi pengantar rindunya kepadanya.
Lalu, apakah rindu sang Hujan Bulan Juni ini tersampaikan pada akhirnya? Sayangnya, tidak dijelaskan dalam puisi ini.
Baca Juga: Filosofi Sandeq dari Suku Mandar, Warisan Leluhur Sebagai Perahu Tercepat di Dunia
Secara keseluruhan, puisi Hujan Bulan Juni menceritakan mengenai perasaan yang tak tersampaikan. Tentu, fenomena ini banyak terjadi di sekitar Kita, atau pernah dialami.
Sapardi lewat sajak 6 larik ini, berusaha mengajak penikmat puisinya, meresapi momen sederhana di kehidupan dengan cara yang indah.***