Bukan di Sulsel, Ini 5 Tradisi Menyambut Lebaran yang Unik dan Bermakna di Indonesia

- 13 April 2024, 16:38 WIB
West Lombok West Nusa Tenggara Indonesia 11/22/2018. Bring offerings. A number of women brought offerings in a Topat Ritual war ritual that showed tolerance among religious, ethnic and cultural
West Lombok West Nusa Tenggara Indonesia 11/22/2018. Bring offerings. A number of women brought offerings in a Topat Ritual war ritual that showed tolerance among religious, ethnic and cultural /fotone agus/Shutterstock

CHANELSULSEL.COM- Setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, umat Islam akan merayakan kemenangannya dengan suka cita dalam Hari Raya Idul fitri atau Lebaran. Sama seperti bulan Ramadan yang disambut meriah, Idul fitri pun disambut penuh kebahagiaan. Bahkan, setiap daerah di Indonesia seakan memiliki tradisi masing-masing dalam menyambut Idulfitri. 

Kalau membahas tradisi Lebaran atau Idulfitri, mungkin kita akan langsung menjawab mudik (pulang ke kampung halaman), dan sungkem (meminta maaf sekaligus memohon restu agar mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan lahir batin kepada orang yang lebih tua) sebagai tradisi wajib saat Lebaran. Mengingat, keduanya seakan menjadi momen sakral menyambut Idulfitri.

Tapi, tahukah Sobat Parekraf, ternyata tradisi Lebaran di Indonesia tidak hanya “mudik” dan “sungkem” saja. Nyatanya, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi Lebaran yang terkenal unik sesuai dengan budaya dan kepercayaan yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun. Bahkan, setiap tradisi Lebaran tersimpan makna yang sangat indah dan mendalam.

Baca Juga: Bukan Hanya Puncak Lima Jari, Ini 10 Rekomendasi Wisata di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan! Lengkap Alamatnya

Berikut beberapa tradisi Lebaran di berbagai daerah di Indonesia yang penuh makna:

1. Grebeg Syawal (D.I. Yogyakarta)

Membahas tradisi menyambut Lebaran, Grebeg Syawal menjadi salah satu ritual rutin digelar setiap tahunnya. Tradisi yang berasal dari Keraton Yogyakarta ini dilakukan setiap 1 Syawal, atau tepat pada Hari Raya Idulfitri. Grebeg Syawal merupakan wujud syukur setelah melewati bulan Ramadan yang sudah dilaksanakan sejak abad ke-16.

Daya tarik dari tradisi Grebeg Syawal ada pada tujuh gunungan yang terdiri dari: gunungan lanang/kakung sebanyak tiga buah, gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masing-masing satu buah.

Seluruh gunungan akan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Gunungan tersebut akan didoakan terlebih dahulu, sebelum nantinya diperebutkan masyarakat. 

Baca Juga: Ada Pantai dan Air Terjun, Ini Rekomendasi Wisata di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

Halaman:

Editor: Burhan Andi Baharuddin

Sumber: kemenparekraf.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x