Tidak hanya itu, konsosium itu juga didukung Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang bertugas menyediakan alat pengatur posisi roket. Kampus ITB juga mendukung sistem kamera nirkabel guna menangkap serta mengirim citra ketika roket mencapai sasaran.
Beberapa perguruan tinggi lainnya juga turut mendukung seperti UGM, ITS, Universitas Ahmad Dahlan, serta Universitas Suryadharma, yang ikut terlibat di dalamnya. Label D-230 berganti menjadi RHan-122 dikarenakan lisensinya sudah dipegang oleh Kementerian Pertahanan.
Langkah kolaborasi tersebut menandai komitmen Indonesia dalam menguatkan teknologi pertahanan lokal, memperkuat kemandirian negara dalam sistem pertahanan modern.***