"Pemilihan nama 'Langgara' dan bentuk mesjid itu didasari pada kekhawatiran masyarakat akan penjajahan Belanda yang dipercaya turut menjalankan misi penyebaran agama.
Sehingga, membuat penamaan dan bentuk mesjid sedikit disamarkan agar terhindar dari larangan penjajah Belanda untuk menjalankan syariat Islam, " tulis akun tersebut
Baca Juga: Sejarah Masjid Agung An Nur Pekanbaru
Mesjid Tua Tondon ini selain tempat sholat, juga berfungsi sebagai benteng pertahanan pada masa penjajahan Belanda di Enrekang
Bangunan Mesjid Tua Tondon itu berdiri diatas hamparan batu yang kokoh dan kuat dengan Panjang sekitar 300 meter dan Lebar sekitar 100 meter dengan ketinggian dari batu itu sekitar 10 meter dari permukaan tanah
Demikian juga difungsikan sebagai pusat kegiatan kebudayaan masyarakat setempat, seperti Maccera' Manurung, Maulud (Ma'damulu' Banua'), dan peringatan Isra Mi'raj (mi'cing malilli Sola Mi'cing mariwang)
Tradisi Maccera' Manurung misalnya, yang masih dipertahankan masyarakat Desa Tokkonan dilakoni secara turun-temurun setiap delapan tahun sekali
Menurut seorang warga Enrekang, Syarifuddin pada Chanelsulsel.com mengatakan, mesjid tersebut pernah direhab untuk diperbaiki kondisinya dan mengganti material-material tiang, dinding, dan atapnya yang sudah usur termakan zaman
Menurutnya, Mesjid tersebut hingga kini masih difungsikan kegunaannya pada waktu-waktu tertentu seperti pada kegiatan Idul Fitri dan Idul Adha. ***