Apatisme Vs Partisipasi Pemilih Generasi Z pada Pemilu 2024

28 Mei 2023, 18:47 WIB
Aswar alumni Unhas /Handover/

Oleh Aswar, Alumni Magister Komunikasi Unhas

 

CHANELSULSEL.COM - Pesta demokrasi tahun 2024 semakin dekat, Partisipasi pemilih menjadi isu yang selalu menjadi tema yang menarik dalam setiap momentum pemilihan umum. 

Berdasarkan penetapan pleno oleh KPU SulSel Jumlah Daftar Pemilih Sementara Hasil Pemutakhiran Pemilu 2024 Capai 6.727.892, dengan jumlah pemilih baru sebanyak 560.958.

Pemilih baru sebanyak 8,4% didominasi pada Usia 17-25, dengan tahun kelahiran 1997-2012 yang kita kenal dengan sebutan generasi Z dan sebagian kecil merupakan pensiunan TNI/Polri.

Generasi Z ini senang berselancar didunia maya dengan berbagai limpahan infomasi yang mengandalkan smartphone Dengan durasi akses lebih dari 10 jam dalam sehari, aktivitas ini berupa bermain game, mencari hiburan, memesan belanjaan dan transportasi online. 

Generasi Z cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.

Sehingga mereka sangat apatis dan cenderung tertarik pada hal-hal yang membuat mereka senang, misalnya mabar bersama temannya sepanjang hari, bahkan sampai begadang hingga pagi hari.

Mengalihkan fokus dan merebut perhatian generasi Z pada smartphone menjadi tantangan bagi para seluruh pihak yang berpartisipasi dalam pemilu baik penyelenggara, pengawas dan peserta pemilu serta pemantau. Diharapkan mereka dapat memberikan solusi bagi generasi Z agar partisipasi pemilu umum dapat meningkat.

Tentunya datang ke TPS merupakan hal yang cukup sulit dilakukan oleh Generasi Z, karena ini berbanding terbalik dengan kebiasaan generasi Z, dimana jika ke TPS pemilih harus membawa KTP dan undangan pemilih serta banyaknya proses yang harus dilakukan mulai dari KPPS 1 sampai kepada KKPS 7. Sehingga proses ini menurut generasi Z merupakan hal yang cukup sulit dilakukan.

Generasi Z cenderung rentang dengan money politik, karena mereka memiliki kecenderungan bersikap praktis dan berorentasikan hasil. 

Yang biasa kita dengan SAYA DAPAT APA JIKA dari proses pemilihan ini. Maka mereka akan datang ke TPS jika ada yang mengkoordinir dan memberikan sesuatu yang langsung mereka lihat dan rasakan hasilnya.

Berdasarkan pendekatan teori uses and gratifications generazi Z dapat memilih jenis media, isu dan aktivitas yang mereka pilih berdasarkan kebutuhan secara psikologis dan sosial. 

Setiap orang memiliki daya selektivitas yang tinngi dalam menerima terpaan media massa sehingga antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menerima informasi dari media tersebut

Sehingga Penyelenggara harus dapat menarik perhatian generasi Z agar mereka mampu merebut perhatian mereka melalui berbagai terpaan media sesuai dengan minat dan kebutuhan generasi Z yaitu dengan menggunakan media sosial dan teknologi dalam upaya melibatkan Generasi Z untuk terlibat pada isu-isu kepemiluan.

Tentunya hal ini harus dipadukan dengan pendekatan kelompok/peer grup dengan isu-isu pemilih baik secara ofline dan online.

Peran-peran influencer dan tokoh-tokoh generasi Z harus dijadikan brand ambassador agar generasi Z dapat menjadi bagian dari pestad demokrasi ini.

Editor: M Asrul

Tags

Terkini

Terpopuler