Namun menurut Connie, pada 1991, Uni Soviet dan Pakta Warsawa bubar dan Ukraina memerdekakan diri dari Uni Soviet.
Presiden Rusia Boris Yeltsin pada tahun itu, menyetujui hal tersebut. Selanjutnya Rusia, Ukraina dan Belarusia membentuk Commonwealth of Independent States (CIS).
Baca Juga: Paspampres Siapkan Rompi Anti Peluru untuk Jokowi, Dipakai saat Kunjungan ke Ukraina
Pada Mei 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian persahabatan. Hal tersebut adalah upaya untuk menyelesaikan ketidaksepakatan.
Rusia diizinkan untuk mempertahankan kepemilikan mayoritas kapal di armada Laut Hitam yang berbasis di Krimea Ukraina. Rusia pun harus membayar Ukraina biaya sewa karena menggunakan Pelabuhan Sevastopol.
Hubungan Rusia dan Ukraina memanas lagi sejak 2014. Kala itu muncul revolusi menentang supremasi Rusia.
Saat itu menurut Connie, massa antipemerintah berhasil melengserkan mantan presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych.
Revolusi juga membuka keinginan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO. Dari situlah menurut Connie Putin marah karena prospek berdirinya pangkalan NATO di sebelah perbatasannya.
Saat presiden Ukraina Yanukovych digulingkan, Rusia mengambil kesempatan mencaplok Krimea di 2014. Rusia juga mendukung separatis di Ukraina timur, yakni Donetsk dan Luhansk, untuk menentang pemerintah Ukraina.