BMKG Ungkap Musim Kemarau Mundur karena La Nina, Waspada Terjadinya Longsor dan Gelombang Tinggi

21 Juni 2022, 14:41 WIB
Para nelayan di PulaIlustrasi cuaca ekstrem. Awal musim kemarau untuk wilayah Ciayumajakuning serta sebagian Sumedang diperkirakan mundur karena La Nina.u Sabira ini biasa berangkat setelah subuh dan kembali dengan tangkapan ikan selat setelah ashar /maghfur/ant

CHANELSULSEL.COM - Menurut BMKG, musim kemarau di Indonesia terjadi pada April-Oktober 2022, sementara musim hujan pada Oktober-April.

Namun, dibeberapa daerah masih sering terjadi hujan di bulan Juni 2022, hal itu disebabkan salah satunya faktor La Nina

Faktor suhu di perairan laut Jawa yang hangat juga ikut menjadi penyebabnya sehingga menyuplai lebih penguapan dan massa udara untuk terbentuknya awan hujan yang lebih banyak.

“Karena faktor tersebut, hingga saat ini hujan masih cukup sering terjadi di hampir semua wilayah. Musim kemarau diprakirakan pertengahan Juli-Agustus," kata Ahmad Ahmad Faiz Zyin, Forescater BMKG Kertajati dan Jatiwangi.

Baca Juga: Hukum Wudhu di Kamar Mandi dan WC, Ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Menurut dia, berdasarkan monitoring hujan, sampai saat ini masih masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

Diprakirakan hingga bulan September nanti masih akan sering turun hujan dengan curah hujan antara 100 mm-300 mm per bulan. Curah hujan itu tergolong kategori menengah.

“Musim kemarau tahun ini kondisi hujannya di atas normal atau biasa disebut kemarau basah," kata Faiz Zyin.

Hingga September, masyarakat harus tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang serta petir yang bisa menimbulkan bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, pohon tumbang, dan lain-lain).

“Harus diperhatikan juga definisi musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekali dalam satu bulan. Musim kemarau curah hujan tetap ada di bawah 150 mm per bulan," ungkapnya.

Sementara itu, di wilayah Kabupaten Majalengka, saat ini setiap hari masih turun hujan. Sejumlah petani tidak terpengaruh oleh masih tingginya curah hujan sehingga mereka tetap melakukan tanam seperti biasa.

Baca Juga: Selamat Ulang Tahun Presiden Joko Widodo Ke-61! Kala Decak Kagum Luhut Tumpah di Instagra

“Setelah panen, walaupun masih hujan tidak melakukan tanam lagi. Kalau nanti melakukan tanam ketiga khawatir tanaman tidak mendapat pasokan air,” ujar Ara, petani asal Kelurahan Munjul.

Selain itu menurut dia, saat ini belum ada pemberitahuan dari ketua kelompok tani, apakah masih diperbolehkan tanam ketiga atau tidak.

Gelombang

Sementara di Cirebon, perairan Laut Jawa masih dilanda cuaca ekstrem berupa tinggi gelombang dan kecepatan angin di atas normal.

Hal ini menjadi tanda ancaman bahaya di perairan Laut Jawa, terutama perahu nelayan kecil yang grosstonasenya rendah sejenis jukung dan sope.

Peringatan potensi gelombang tinggi disampaikan Syahbandar Kabupaten Indramayu. Khusus kepada nelayan kecil, diminta untuk tidak melaut sampai lebih dari dua mil dari garis pantai.

Sampai Senin 20 Juni 2022, di perairan Laut Jawa masih sangat labil. Kondisi laut yang tenang, dalam sekejap bisa berubah datang badai. Saat badai, ketinggian gelombang bisa mencapai 2,5-3 meter.

Baca Juga: Usai Lalukan Penusukan di Jakarta WNA Asal China Ditangkap Polisi, Joko: Sudah Kita Amankan

Kecepatan angin pun melebihi batas normal di atas 150 knot. Peringatan akan cuaca ekstrem di Laut Jawa juga disampaikan Komandan TNI AL (Danlanal) Cirebon, Letkol Laut (P) Ainul Muslimin.

TNI AL berkoordinasi dengan Syahbandar serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memberi peringatan akan bahaya di perairan Laut Jawa.

Dari pengamatan, cuaca ekstrem terlihat di sepanjang hamparan perairan antara Indramayu, Cirebon hingga wilayah Brebes, Jawa Tengah.

"Cuaca di tengah laut sulit diprediksi. Bisa sekarang tenang, terus tiba-tiba datang gelombang tinggi dan angin kencang," tutur Ainul.

Saat ini memang tengah angin barat atau memasuki pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau.

"Pancaroba ini yang menjadikan angin barat bertiup sangat kencang. Di tengah laut, angin ini bisa memunculkan gelombang tinggi," tuturnya.

Ainul meminta para nelayan, terutama yang berperahu kecil atau tradisional, berhati-hati dan waspada jika melaut. Jika harus menangkap ikan, lebih baik berada di wilayah perairan pantai yang relatif aman.

Nelayan juga disarankan sementara jangan melebihi sekitar 2 mil laut dari garis pantai. Sebab cuaca sulit diprediksikan dan bisa ekstrem dari tenang tiba-tiba datang badai dan gelombang tinggi.

Longsor

Di Cianjur, untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan, petugas baik dari TNI, Polri, dan Retana secara bergantian berjaga siang dan malam saat pemangkasan tebing untuk melebarkan jalan provinsi yang amblas karena longsor di Kecamatan Tanggeung, Cianjur.

Akibat longsor, jalan provinsi di Kampung Nagrak 2, RT 04 RW 07 Desa Bojongpetir, Tanggeung, ambles, Sabtu 18 Juni 2022.

Longsor telah mengakibatkan sebagian jalan sepanjang 75 meter yang merupakan jalur jalan protokol ambles terbawa longsor sehingga tidak bisa dilalui kendaraan truk, roda empat maupun roda dua.

Jalan provinsi ini meng hubungkan ruas jalur Pagelaran-Tanggeung-Cibinong-Sindang Barang ditutup total mulai pukul 17.30 sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan.

Penjagaan masih terus dilakukan, khawatir ada kendaraan yang melintas pada malam hari, sebab pengerjaan dilakukan siang dan malam untuk mempercepat proses pemangkasan tebing dengan menggunakan alat berat.

"Malam hari sukarelawan tanggap bencana ikut berjaga di lokasi," ujar Sekretaris BPBD Cianjur, Rudi Wibowo, Senin 20 Juni 2022.

Kapolsek Tanggeung Iptu Deden Hermansyah mengimbau masyarakat agar berhati-hati bila turun hujan deras.

"Kendaraan diarahkan melalui jalan alternatif Sukanagara-Kadupandak-Cijati Tanggeung," katanya. (Tati Purwanti, Agung Nugroho, Muhammad Ginanjar) ***

 

Editor: Andi Uni

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler