Apa Penyebab Rusia dan Ukraina Terlibat Peperangan? Simak Jawaban Pengamat Militer Indonesia Connie Rahakundi

29 Juni 2022, 18:35 WIB
Ilustrasi perang Rusia VS Ukraina /Defence of Ukraine/

CHANELSULSEL.COM- Presiden Joko Widodo sedang mengunjungi Rusia dan Ukraina dalam sebuah misi perdamaian. Hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945 ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Lantas Apakah sebenarnya yang mendasari sehingga Rusia dan Ukraina terlibat Perang? Padahal kedua Negara tersebut bertetangga.

Penyebab Rusia serang Ukraina banyak diperbicangkan pengamat militer, salah satunya pengamat militer Indonesia Connie Rahakundini Bakrie.

Baca Juga: Jika Benar, Apa yang Akan Dilakukan Pemerintah? Aktivis HAM Bocorkan 149 WNI Tewas Dalam Tahanan Malaysia

Apa penyebab perang Rusia dan Ukraina pun dikupas Connie dari awal karena menurutnya penyebabnya sudah lama Rusia menyimpan dendam.

Connie pun menyebut salah satu penyebab Rusia serang Ukraina atau penyebab perang Rusia dan Ukraina adalah tidak lepas dari ketegangan antara Rusia dan Barat dalam hal ini NATO.

Sejak Ukraina yang dekat dengan NATO bahkan digadang gadang akan masuk NATO, Rusia menjadi gerah karena negara tersebut bertetangga.

Baca Juga: Usai Hadiri G7 di Jerman, Menlu: Presiden Jokowi Lanjut ke Ukraina Lewat Polandia

Rusia tidak ingin bila NATO mencengkram Ukraina karena kedepan akan mengancam Rusia. Bisa saja rudal rudal NATO nanti ditempat kan di Ukraina.

Menurut Connie seperti dikutip Chanelsulsel dari deskjabar.pikiran-rakyat.com melalui kanal Youtube Helmi Yahya Bicara disebutkan bahwa Rusia memberi pelajaran saja kepada Amerika Serikat dan NATO bahwa dunia itu engak boleh di rajai oleh satu orang atau satu negara saja atau satu kelompok saja.

Menurut pengamat militer Connie, ketika Rusia menyerang Ukraina itu karena sudah kelewat kesal. Menurut Connie wajar kesal karena sudah berlangsung kasusnya sejak tahun 2008.

Baca Juga: Orang Dekat Presiden Ukraina Bocorkan Negaranya 'Kapok' Berharap Gabung NATO, Alasannya

"Kasus Unisoviet jatuh dan pecah kemudian Lituania dan Latvia diambil NATO atau masuk kedalam NATO engak apa apa karena jauh, tapi Ukraina kan deket, tapi pada tahun 2008 malah Ukraina dan Georgia diundang NATO untuk masuk, nah disitu awal kisruh, Putin sudah bilang jangan," katanya.

Bahkan pada saat itu menurut Connie, sudah mewanti waktu AS agar hati hati. "Bayangin saja posisi Putin saat itu, kalau Putin masuk Mexico lalu taro rudal di Kanada perasaanmu seperti apa, itu kata Putin, nah itu seperti posisi NATO ambil Ukraina," katanya.

Kemudian kedua menurut Connie memang sejarah Uni Soviet dan Ukraina memang asalnya dari Kief pada abad 9, jadi akarnya sama dari Kiev.

Baca Juga: Rayakan 20 Tahun Hubungan Bilateral, Indonesia - Timor Leste Jajaki Kerjasama Perbatasan

"Jadi makanya ketika jadi Uni Soviet, Moskow sebagai kota pertama, dan Kiev kota kedua. Saat itu semua hulu ledak nuklir reaktor nuklir semuanya berada di Kiev," katanya.

Jadi sebenarnya Kiev dan Moskow memang kota yang penuh sejarah dan penuh cerita histori Rusia sehingga Rusia tidak mau tiba tiba Ukraina masih menjadi anggota NATO.

Menurut Connie sebelum 1990, orang-orang Ukraina dan Rusia bersatu dalam sebuah negara federasi bernama Uni Soviet. Negara komunis yang kuat di zaman itu.

Namun menurut Connie, pada 1991, Uni Soviet dan Pakta Warsawa bubar dan Ukraina memerdekakan diri dari Uni Soviet.

Presiden Rusia Boris Yeltsin pada tahun itu, menyetujui hal tersebut. Selanjutnya Rusia, Ukraina dan Belarusia membentuk Commonwealth of Independent States (CIS).

Baca Juga: Paspampres Siapkan Rompi Anti Peluru untuk Jokowi, Dipakai saat Kunjungan ke Ukraina

Pada Mei 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian persahabatan. Hal tersebut adalah upaya untuk menyelesaikan ketidaksepakatan.

Rusia diizinkan untuk mempertahankan kepemilikan mayoritas kapal di armada Laut Hitam yang berbasis di Krimea Ukraina. Rusia pun harus membayar Ukraina biaya sewa karena menggunakan Pelabuhan Sevastopol.

Hubungan Rusia dan Ukraina memanas lagi sejak 2014. Kala itu muncul revolusi menentang supremasi Rusia.

Saat itu menurut Connie, massa antipemerintah berhasil melengserkan mantan presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych. 

Baca Juga: Penolakan WNI Masuk Ke Singapura Kembali Berulang, Catat! yang Menyebabkan Permohonan Visa Tidak Disetujui

Revolusi juga membuka keinginan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO.  Dari situlah menurut Connie Putin marah karena prospek berdirinya pangkalan NATO di sebelah perbatasannya.

Saat presiden Ukraina Yanukovych digulingkan, Rusia mengambil kesempatan mencaplok Krimea di 2014. Rusia juga mendukung separatis di Ukraina timur, yakni Donetsk dan Luhansk, untuk menentang pemerintah Ukraina.

Putin akhirnya membulatkan diri untuk melakukan serangan sejak November 2021 dengan menempatkan pasukannya diperbatasan Ukraina.

Baca Juga: Nasida Ria Sukses Manggung Di Jerman, Ada Bule Joget Histeris

Presiden AS Joe Biden sempat memperingatkan Rusia bila menyerang maka akan ada sanksi ekonomi.

Namun rupanya tidak digubris dan Rusia malah melakukan latihan besar besaran pada awal 2022. Hingga akhirnya pada 24 Februari 2022 serangan itu benar benar dilakukan hingga sekarang.***

Editor: Burhan Andi Baharuddin

Sumber: Deskjabar.pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler