Faris menjadi ekstrimis sayap kanan didasari ideologi takfiri serta jihadi.
Sedangkan, Adib menjadi karakter yang religiulitisanya berbeda dengan kakaknya berdasar diskurus Ihya Ulumuddin karya Abu Hamid al Ghazali.
Menjadi kelemahan dalam novel ini adalah kalimatnya yang masih sulit untuk dicerna orang awam.
Baca Juga: Ingat ! Dzikir Setelah Sholat Fardhu, Arab, Latin Dan Artinya
Latar belakang penulis yang menempuh pendidikan di Mesir dan mencerna berbagai kitab berbahasa Arab menjadikan bahasa yang digunakan agak rumit.
Walaupun begitu, penulis berhasil menyampaikan pesan bahwa pandangan pesantren sebagai lumbung awal gerakan terorisme tidaklah benar. Penulis berpesan bahwa jidah adalah hal yang mulia.
“Berjihad adalah pekerjaan mulia, pilihlah jalan jihadmu sendiri” kata Adib di salah satu dialognya.***