Ada Jefri Nichol, Ini Review Film Aum Tentang Kebebasan Berekspresi

- 21 Mei 2023, 10:09 WIB
Ada Jefri Nichol, Ini Review Film Aum Tentang Kebebasan Berekspresi
Ada Jefri Nichol, Ini Review Film Aum Tentang Kebebasan Berekspresi /IMDb/Nurfadhilah/ Chanelsulsel
 
CHANELSULSEL.COM- Rilis tahun 2021 silam, Film berjudul Aum merupakan film Fiksi, bukan dokumenter. Sutradara Film ini adalah Bambang Ipoenk Kuntara Mukti.
 

Sekaligus,  menjadi film panjang perdana karya Bambang Ipoenk Kuntara Mukti. "tak dapat dibungkam!" Jadi tag line yang digunakan film ini sejak awal kemunculannya

Baca Juga: Review Film Interstellar 2014 yang Viral di Twitter

 
Film Aum bercerita tentang reformasi dan situasi umum yang sering terjadi.
Durasi film tidak terlalu lama, hanya 85 menit.
 
Namun, para pemeran di film ini bukan kaleng-kaleng. Sebut saja, ada Jefri Nichol dan Chicco Jerikho.
 
Cerita dimulai dari pengejaran Satria. Ia adalah aktivis yang ingin mengunjungi markas rahasia lokasi teman-temannya bersembunyi. Mereka sedang merencanakan pergerakan menuntut reformasi.
 
 
Di samping itu, ada Adam yang bertugas menangkap sekelompok anak muda yang dianggap meresahkan, atau sering menonjolkan diri sebagai kritikus vokal penentang pemerintah.
 
Film Aum menampilkan kenangan yang apik dan teatrikal untuk mengabadikan momen penting di Republik Indonesia. Di suatu masa, setelah tiga dekade keheningan total.
 
Kala itu, masyarakat sipil mulai lantang bersuara, bahkan mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan kebebasan berekspresi. 
 

Dipertengahan cerita, ada plotwist!

 
Alih-alih mengikuti apa yang dikatakan buku sejarah, Aum! memilih memaknai perjuangan reformasi, demokrasi, dan kebebasan berpendapat dengan lebih unik dan santai. Namun, tetap terasa lantang menyampaikan pesan maupun kritiknya.
 
Bagian plotwist besar, terjadi "Cut" oleh sutradara. Ternyata, bagian awal film yang penuh adegan teatrikal dan begitu menegangkan, hanya bagian dari syuting Film Pulang. Film tersebut memang berlayar reformasi dan bertema perjuangan kaum muda. 
 
Berikutnya dari film Aum ini berfokus pada peristiwa di belakang layar syuting Film Pulang.
 
 
Konflik pendapat diantara tokoh terlihat jelas, namun tetap mengandung unsur komedi.
 
Film ini secara dramatis berubah dari drama politik menjadi mockumentary lucu yang mendokumentasikan pembuatan film terlarang.
 
Kelompok aktivis di awal cerita hanya aktor yang berperan dalam sebuah film produksi. Namun, apa yang mereka wakili adalah benar. 
 
 
Para aktor ini adalah keturunan dari seorang produser, penulis skenario dan sutradara, yang pada tahun 1998 mencoba berpartisipasi dalam reformasi melalui duni perfilman.
 
Demi menghindari penolakan dari pihak pemerintah, kru dan pemeran direkrut secara rahasia.
 
Di gambarkan, pihak yang berwenang identik dengan sikap otoriter. Pembatasan berekspresi, dan abai terhadap demokrasi sudah biasa bagi Mereka.
 
 
Scene di balik layar ini memang tak kalah ironis. Saat membuat film yang tujuan utamanya adalah memperjuangkan reformasi dan melawan diam.
 
Justru, terlihat karakter produser Linda Salim yang idealis, bersikeras pada visi dan misinya. Ia tak suka mempertimbangkan pendapat kru dan pemain.
 
Di samping itu, ada sutradara Panca Kusuma Negara yang menyebalkan dan berpenampilan berbeda. Sutradara Panca sering berimprovisasi terlalu banyak tanpa meminta pendapat kru dan aktor. 
 
 
Jelas sekali bahwa Linda maupun Panca sama-sama otoriter, sedangkan kru dan pemeran sering kali hanya mengikuti perintah mereka.
 
Meskipun Linda pernah menekankan bahwa film ini adalah proyek kolaborasi dan mereka tetap mengingat tujuan produksi film, pesannya tetap utamakan kesepakatan bersama atau suara kelompok. Bukan hanya suara satu atau dua orang. 
 
Pembuatan film rasanya hanya seputar ego Linda dan Panca ini. Akibatnya, lingkungan kerja mereka menjadi sangat toxic. 
 
 
Bukankah sikap Mereka seolah mengkhianati perjuangan yang ingin mereka capai dari awal? Bukankah Mereka sedang lantang menyuarakan kebebasan?
 
Jika menilik perlakuan Linda dan Panca, para kru sedang mengalami pembungkaman berekpresi yang nyata di zaman pasca reformasi.
 
Ada bagian tumpang tindih yang penuh tanda tanya dalam film ini.
Namun, Kalian akan mengetahui jawabannya setelah menonton secara lengkap film ini.***

Editor: Burhan Andi Baharuddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x