Ini Sepenggal Kisah Religius Sejak Masa SMA dan Profil Singkat Muhammad Fauzi Anggota DPR RI Dapil 3 Sulsel

- 30 Desember 2023, 09:00 WIB
Muhammad Fauzi Legislator Partai Golkar dari Dapil 3 Sulsel
Muhammad Fauzi Legislator Partai Golkar dari Dapil 3 Sulsel /muhammadfauzi.id/

CHANELSULSEL.COM-  Ini Profil Singkat Muhammad Fauzi Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (DAPIL) 3 Sulsel, Sekaligus Suami dari Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani dan Sepenggal Kisah Religius Sejak Masa SMA

Muhammad Fauzi merupakan legislator Senior Sulawesi Selatan dari Partai Golkar yang lebih akrab dengan sapaang abang Fauzi

lahir di kampung padat penduduk. Tepatnya di Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Bertepatan Senin 6 September 1968, malam.

Baca Juga: IDP: Pendidikan jadi Indikator Penyumbang Terbesar IPM Luwu Utara

tumbuh di lingkungan yang penuh kompleksitas. Tempat segala ragam masyarakat berinteraksi. Dari urusan sajadah hingga haram jaddah.

Kehidupan kecilnya di tengah lingkungan masyarakat Betawi. Orang-orang yang akhirnya harus takluk pada kehendak zaman. Tersisih dari moderenisasi dan tergusur urbanisasi.

Ayahnya berasal dari Aceh dan Ibu dari Jakarta. Saya anak paling bungsu dari delapan bersaudara. Kakak nomor dua kini telah menyusul Ayah. Saudara yang lain, Alhamdulillah masih bersama.

Ayahnya meninggal saat saya masih umur 10 tahun. Hari di mana Ayah saya dipanggil Allah SWT bertepatan dengan tanggal dan bulan saya dilahirkan ke dunia.

Ayah berprofesi Polisi. Dia selalu bangga dengan pekerjaannya hingga ajal dan Ayah istirahat selamanya di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Baca Juga: Aspirasi Anggota DPR RI Muhammad Fauzi, PHDI Luwu Utara Terima Satu Unit Bus Operasional

Pangkat Ayah memang tidak hebat, tapi Bintang Jasanya cukup banyak. Sebab Ayah jadi Polisi dari zaman muda di saat kemerdekaan dulu. Walaupun bangga dengan profesinya, Ayah tidak pernah mengharapkan anak-anaknya mengikuti jejaknya.

Di perjalanan kariernya, Ayah terpaksa harus mengundurkan diri. Musababnya, ayah tak bisa hadir di banyak momen bahkan saat ibu genting antara hidup dan mati. Tiga kali persalinan ibu tanpa Ayah mendampingi.

Alasan itulah yang kami tahu Ayah harus memilih keluarga dibanding karier. Mungkin juga ada alasan lain yang tak sempat ia ceritakan ke kami.

Setelah pensiun dari Polisi Ayah bekerja pada Perusahaan Swasta CTC, nama pada waktu itu. Selain itu, Ayah juga memulai usaha sendiri, yaitu pembuatan sepatu di Bogor dan Jakarta.

Hasil produksinya banyak dipasarkan di daerah Bogor dan Jakarta, khususnya di Proyek Senen dan Pasar Baru. Waktu saya kecil saya cukup sering diajak Ayah mengantarkan sepatu di Proyek Senen dan Pasar Baru.

Baca Juga: Keluar Dari Status Daerah Termiskin, Luwu Utara 2024 Target Nol Persen Kemiskinan Ekstrim

dikutip dari laman Media sosialnya, "Saya girang sekali bila diajak Ayah. Sebab saat urusan sepatu usai, kami pasti melahap sate padang yang ada di Proyek Senen. Momen itu cukup berkesan karena Ayah melakukannya rutin hingga dipanggil Yang Mahakuasa" tulisnya

Masa setelah itu, saya bersaudara dibesarkan dari sentuhan kasih yang tidak terbatas seorang Ibu. Ibu membesarkan kami bermodal peninggalan ayah. Sebab Ibu hanya seorang Ibu rumah tangga yang paripurna. Tapi itu sudah lebih dari cukup buat kami bersaudara.

Ibu sangat gigih membesarkan kami. Paling tidak dari sektor pendidikan kami semua menyandang sarjana. Dengan banyak keterbatasan, kami lalui hidup dengan saling menyokong. Agama menjadi salah satu titik berat pendidikan Ibu. Dia akan marah besar jika anaknya tak salat, mengaji atau bolos sekolah.

Puji Syukur. Sebagai anak paling bungsu saya yang paling dekat dengan Ibu. Waktu saya lebih banyak sama Ibu. Apalagi saya dapat giliran paling belakangan berumah tangga.

Kedekatan itu membuat Ibu tetap bersama saya bahkan setelah saya menikah. Ibu memang senang tinggal bersama saya. Sebelum dia meninggal pun dia meminta agar dikubur dekat dengan rumah tempat tinggal saya.

Baca Juga: Ini Daftar Nama Calon Legislatif DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Partai Nasdem

Sosok ibu sangat menginspirasi kami sekeluarga. Selain Ayah tentunya. Perjuangannya dan perannya sebagai Ibu sekaligus Ayah benar-benar kami rasakan.

Untuk urusan Ibu, saya memang sangat prioritas. Saat hampir selesai SMA. Saya bertanya, Pak Ustaz bagaimana bisa hidup baik atau sukses dunia akhirat.

Ustaz itu lalu menceritakan beberapa cerita sejarah nabi-nabi. Singkat cerita ada dua hal yang ditekankan. Pertama, usahakan orang tua kita jadikan Keramat Dunia (dalam arti yang positif).

Artinya kita harus tempatkan orang tua, apalagi Ibu harus sangat kita hormati dan layani sebagaimana Ia membesarkan kita. Meski sekuat apa pun kita tidak bisa membalasnya, paling tidak berusaha mendekatinya. Ibu harus kita jadikan sumber inspirasi atau motivasi hidup.

Kedua, berusaha setiap hari, sesuai kemampuan kita untuk bersedekah, terutama untuk rumah Ibadah, masjid dan musalah.

Baca Juga: Ini Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Povinsi Sulawesi Selatan dari Partai Golkar

Sejak saat itulah, dengan sekuat tenaga saya coba terapkan petuah itu dalam kehidupan sehari-hari saya.

Awalnya memang berat. Apalagi terkadang manusia ingin sesuatu instan. Jika tidak sabar, akan sulit kita amalkan. Begitu juga saya yang sangat manusiawi mengalami. Menuntut segala pengorbanan dengan kemudahan dalam hidup. Walaupun sebenarnya pengorbanan itu adalah bagian dari mata rantai kewajiban.

Kalau lah ada dampaknya dari pengorbanan kita itu, tidak lebih karna Allah Mahatahu. Karena itu, pengorbanan ada dampaknya atau tidak, kita serahkan saja kepada-Nya. Semakin kita tidak menuntut, justru semakin cepat datangnya. Dengan bingkai ikhlas dan usaha yang tekun tentunya.

Dalam hal bersedekah ini saya disiplin jalankan. Setiap masuk masjid atau musalah, saya sisipkan uang sesuai kemampua. Kadang hanya Rp 100 atau Rp 50. Begitulah kemampuan saya saat itu. Bahkan kadang tidak ada sama sekali saat memang tak mampu.

Sebab, sewaku sekolah dan kuliah saya hanya bersedekah dari sisa uang saku. Uang saku pun masih harus saya pakai makan, transpor, atau keperluan kuliah seperti fotocopy. Sisanya baru jadi jatah masjid atau musalah.

Aktivitas itu rutin saya lakukan setiap menjalankan kewajiban lima waktu. Paling tidak bersedekah satu hari sekali. Kebiasaan ini pun melekat sejak saya SMA hingga sekarang.

Hal ini saya ceritakan karena sangat berarti buat saya. Saya merasa Allah terlalu sangat baik pda hidup saya. Hampir semua yang saya jalankan berbuah baik.

Jika ditelisik ke belakang, siapa sih saya ini? Tidak lahir dari keluarga hebat, kemampuan pun terbatas.

Saya memaknai, jika pencapaian saya adalah karena dua hal yang disampaikan ustaz kampung saya. Tentu dengan hidayah dan kehendak Allah SWT.

Kisah ini saya beri porsi cukup panjang bukan untuk riya dan sombong. Tetapi didasari niat ikhlas agar sepenggal cerita kecil ini bisa menginspirasi orang lain yang membacanya. Termasuk pengingat buat diri saya sendiri agar bisa berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.

Riwayat Pekerjaan 

  • PT Ayashi Jafana, Sebagai: Direktur Utama. Tahun: 2010 – skrg
  • DPR RI Sebagai: Anggota DPR RI Fraksi PBB 2004 - 2009
  • PT Kokoh Semesta, Sebagai: Accounting Proyek. Tahun: 1996 - 1999
  • DPR RI Sebagai Anggota DPR RI. Periode 2019 - 2024

Riwayat Organisasi

  • DPP Partai Golkar Sebagai: Pengurus. Tahun: 2019 – 2024
  • NU Luwu Utara Sebagai: Wakil Ketua
  • MW KAHMI Sulsel Sebagai: Presidium. Periode 2022 – 2027
  • Pengcab Perbakin Luwu Utara Sebagai: Ketua. Tahun 2018 - Sekarang.***

 

Editor: Burhan Andi Baharuddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah